Pheochromocytoma merupakan tumor langka yang berasal dari sel kromafin di medula adrenal yang menghasilkan hormon katekolamin berlebihan seperti adrenalin dan noradrenalin. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang berpotensi mengancam nyawa, termasuk tekanan darah tinggi, palpitasi, dan krisis hipertensi. Pengobatan penyakit pheochromocytoma biasanya melibatkan kombinasi pembedahan untuk mengangkat tumor dan manajemen medis untuk mengontrol gejala. Artikel ini akan membahas tentang pendekatan pengobatan terkini untuk pheochromocytoma, termasuk intervensi bedah dan farmakologis.
Pembedahan:
Pembedahan merupakan pilihan pengobatan utama untuk pheochromocytoma dan biasanya melibatkan pengangkatan tumor melalui adrenalectomy. Pendekatan ini berpotensi kuratif jika tumor belum menyebar. Pembedahan laparoskopik menjadi lebih disukai karena minim invasif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan pembedahan terbuka. Persiapan pra-bedah melibatkan pengelolaan tekanan darah dan volume darah untuk mengurangi risiko komplikasi intraoperatif dan postoperatif.
Manajemen Medis:
- Alpha-Blockers: Obat-obatan seperti phenoxybenzamine atau doxazosin digunakan untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi risiko krisis hipertensi.
- Beta-Blockers: Setelah terapi alpha-blocker yang adekuat, beta-blockers dapat ditambahkan untuk mengelola takikardia. Penting untuk tidak memulai beta-blockers sebelum alpha-blockade yang efektif untuk menghindari risiko hipertensi parah.
- Inhibitor Kalsium Saluran: Dapat digunakan sebagai alternatif atau tambahan untuk alpha-blockers dalam mengelola hipertensi.
- Metyrosine: Mengurangi sintesis katekolamin dan bisa digunakan pada kasus yang tidak dapat ditangani dengan blocker atau sebelum pembedahan.
Terapi Adjuvan dan Neoadjuvan:
Pengobatan adjuvan atau neoadjuvan dengan agen kemoterapi, seperti cyclophosphamide, vincristine, dan dacarbazine, mungkin diperlukan pada kasus pheochromocytoma yang metastatik atau tidak dapat dioperasi.
Terapi Target:
- Terapi Target Molekuler: Pengobatan dengan inhibitor tirosin kinase seperti sunitinib atau pembrolizumab, yang merupakan agen imunoterapi, sedang diteliti untuk penggunaan pada pheochromocytoma metastatik.
- Iobenguane I-131 (MIBG Terapi): Radiofarmaseutikal ini menargetkan sel-sel yang menghasilkan katekolamin, dan telah digunakan untuk mengobati pheochromocytoma metastatik atau berulang.
Pertimbangan dalam Pengobatan Pheochromocytoma:
- Strategi Multidisiplin: Pengelolaan pheochromocytoma memerlukan kolaborasi tim multidisiplin yang mencakup endokrinologis, ahli bedah, onkologis, dan spesialis lainnya.
- Pengawasan Jangka Panjang: Pasien perlu dipantau secara berkala untuk deteksi dini rekurensi atau metastasis.
- Kontrol Gejala: Manajemen tekanan darah dan gejala kardiovaskular lainnya sangat penting sebelum, selama, dan setelah pengobatan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Kesimpulan:
Pengobatan pheochromocytoma terutama bertujuan untuk mengangkat tumor dan mengelola produksi hormon yang berlebihan. Pembedahan merupakan modalitas pengobatan utama, sementara pengobatan medis digunakan untuk menstabilkan pasien sebelum dan setelah pembedahan serta pada kasus yang tidak dapat dioperasi. Terapi target dan kemoterapi mungkin diperlukan untuk kasus metastatik. Karena kompleksitas kondisi ini, pendekatan individual dan multidisiplin diperlukan untuk hasil klinis yang optimal.