QUISCALUSMEXICANUS – Mohinga sering dianggap sebagai hidangan nasional tidak resmi Myanmar (Burma). Sup berbahan dasar ikan yang menggiurkan ini merupakan makanan pokok untuk sarapan di seluruh negeri, meskipun juga dinikmati sepanjang hari. Kaya akan rasa dan tekstur, Mohinga tidak hanya mewakili keahlian kuliner Myanmar tetapi juga permadani budayanya. Mari selami dunia Mohinga, jelajahi asal-usulnya, bahan-bahannya, dan tempat istimewanya di hati masyarakat Burma.

Asal Usul Sejarah:
Asal muasal Mohinga dapat ditelusuri kembali ke masa-masa awal sejarah Myanmar, dengan berbagai daerah mengadaptasi resepnya selama berabad-abad. Hidangan ini telah berkembang melalui tradisi lokal dan bahan-bahan yang tersedia, menjadi makanan rumahan yang disukai banyak orang. Sulit untuk menentukan dengan tepat asal mula sejarah Mohinga, namun jelas bahwa hidangan ini telah menjadi bagian dari masakan Burma selama beberapa generasi, yang mencerminkan perpaduan praktik kuliner lokal.

Bahan dan Pembuatan:
Pada intinya, Mohinga adalah sup ikan yang dikentalkan dengan tepung beras sangrai dan sering dibumbui dengan serai, bawang putih, bawang merah, jahe, dan kunyit. Ikan yang digunakan secara tradisional adalah ikan lele yang direbus dan diparut sebelum dimasukkan ke dalam kuah. Namun, variasinya ada tergantung pada preferensi regional dan ketersediaan bahan.

Persiapan Mohinga adalah hasil kerja cinta. Dimulai dengan membuat kaldu yang kaya, merebus ikan dengan bahan aromatik hingga bumbu meresap sepenuhnya. Tepung beras yang dipanggang membantu mengentalkan kuah, memberikan tekstur khas yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer. Ini menciptakan kanvas sempurna agar bahan lainnya bersinar.

Pendamping dan Variasi:
Mohinga biasanya disajikan di atas bihun dan diberi hiasan dengan berbagai topping seperti telur rebus, gorengan (akyaw), daun ketumbar cincang, dan irisan lemon atau jeruk nipis untuk menambah semangat. Gorengannya menambahkan tekstur renyah pada hidangan, menyeimbangkan mie lembut dan kuahnya yang lezat.

Variasi regional Mohinga mungkin menyertakan bahan tambahan seperti batang pisang, yang memberikan kerenyahan dan rasa yang unik, atau tepung buncis panggang untuk rasa yang lebih pedas. Hidangan ini dapat disesuaikan dengan preferensi individu, ada yang menikmatinya lebih pedas, sementara yang lain lebih menyukai versi yang lebih ringan.

Makna Budaya:
Mohinga lebih dari sekedar hidangan; itu adalah simbol warisan budaya Myanmar yang kaya. Biasanya dinikmati saat perayaan dan merupakan hidangan sosial, sering dibagikan kepada keluarga dan teman. Hidangan ini juga melampaui batasan sosial dan ekonomi, sama populernya di kalangan pedagang kaki lima maupun di restoran kelas atas.

Kesimpulan:
Mewujudkan esensi masakan Myanmar yang beragam dan beraroma, Mohinga tetap menjadi hidangan terkenal baik di dalam negeri maupun internasional. Citarasanya yang kompleks dan kualitasnya yang menghangatkan hati menjadikannya favorit karena menampilkan lanskap kuliner unik Myanmar. Baik dinikmati sebagai hidangan sarapan, camilan yang menenangkan, atau pesta bersama, Mohinga terus menjadi hidangan yang selaras dengan jiwa masakan Burma.

Ketika Myanmar terus membuka diri terhadap dunia, Mohinga menemukan penggemar baru di seluruh dunia, yang ingin menjelajahi tradisi kuliner negara tersebut. Bagi banyak orang, mencicipi Mohinga bukan hanya sekedar mencicipi hidangan tetapi juga merupakan pengalaman mendalam terhadap budaya dan sejarah Myanmar yang dinamis.